Selasa, 27 September 2011

Di sepanjang hidupku yang mati

Malam malam di sepanjang tahun ini adalah kegelisahan.
Anak anak sungai dalam jiwa yang mengering.
Ketakutan tidak bisa bermimpi seperti sebelumnya.
Oase adalah api menipu semangat.
Kelenjar kelenjarku terlihat seperti batang ranting mengering.
Aku sudah memohon setiap hari dari waktu yang ku sempatkan.
Tapi tidak terlihat bukit hijau dan udara segar.
Aku hanya duduk sebagai terdakwa.
Harus mengakui dosa yang tak paham seperti apa.
Aku pun berbaring lumpuh tanpa air mata.
Aku ketakutan pada matahari.
Aku pemalu pada bulan dan rasi bintang.
Aku mendapati pikiranku seperti gelombang mempermainkan buih.
Aku berada di sepanjang hidupku yang mati

Kamis, 15 September 2011

suaraku separuh permohonan dan pujian

tak ku lihat tergambar baik di hari ini
musim yang mengiringi belum pasti
udara tak selembut kemarin
pasir debu menahan nafasku

impian impian kecilku yang mendewasa
kemudian bicara seperti kematian
hari hari telah menjadi pertanyaan
apakah musim masih berbaik hati?

langit menggulung hitam tak bersuara
menakuti luka yang belum mengering
angin memutar galaukan api di oborku
bacakan surat kematian memanggilku

aku hilang dari padang rumput luas
aku berada di antara jeratan akar akar pohon cemara
aku menangisi pikiranku yang gila
aku mengagumi Tuhan yang adil

tak ada alasan aku berhenti
tetapi sebuah alasan memang aku harus berhenti
wajahku separuh maut dan kesedihan
suaraku separuh permohonan dan pujian

aku mengurai pikiranku dengan kalimat
aku sampaikan padamu wahai hati malaikat